Selamat weekend rekan exim! Karena belakangan lagi panas-panasnya kondisi politik dagang antara Amerika dan Indonesia lantaran negri paman sam itu menghapus RI dari daftar negara berkembang menjadi negara maju.

Bukannya bagus yaa kalo Indonesia di akui sebagai negara maju sama Amerika? Yang katanya negara Super power, berarti Indonesia ekonominya sudah semakin menguat dong?

Kalo rekan beranggapan seperti statement diatas, sebenarnya itu salah loh, karena sebenarnya Amerika saat ini berusaha untuk mengurangi subsidi yang di berikan kepada negara berkembang yang punya volume besar Import barang ke Amerika. Secara Indonesia saat ini selalu mengalami surplus dagang dengan amerika.


Kalo liat data statistik nih yaa dari Badan Pusat Statistik Amerika ada di urutan no. 2 loh sebagai destinasi negara Ekspor terbesar setelah Chinna, Nilainya hingga $1,62 Miliar pada Januari 2020. Mengenai subsidi yang di berikan oleh amerika tersebut adalah subsidi bea masuk yang diberikan pada pembeli barang di Amerika. Singkatnya pembeli barang atau importir di Amerika akan mendapatkan subsidi Bea Masuk hingga 0% atau GSP (Generalized System of Preference) jika melakukan impor dari negara berkembang.

Mengenai siapa yang berhak menyatakan sebuah negara itu adalah negara maju atau berkembang adalah organisasi dunia seperti WTO atau IMF dan ini ga sembarangan yaa rekan-rekan, karna sudah ada standardnya sendiri yang di tetapkan mengenai hal itu, yang pasti kali ini kita ga akan bahas hal itu yaa karena nanti malah jadi pakar ekonomi lagi hehe.

Sebenarnya apa sih dampaknya sama pengusaha, pabrik atau exportir di Indonesia?

Simpelnya nih yaa rekan-rekan ada kemungkinan potensi penurunan Ekspor ke Amerika, karena pasti banyak Importir di Amerika mulai dari yang perorangan, Organisasi atau Perusahaan besar sekalipun bakal berkalkulasi ulang untuk melakukan impor dari negara-negara yang di hapus dari daftar negara berkembang menjadi negara maju termasuk Indonesia.

Loh kok gitu min? ini karena jika mereka melakukan Impor dari negara maju maka akan dikenakan bea masuk lebih besar yang dapat mencapai 20% dari nilai barang, hal ini dapat menyebabkan meningkatnya faktor produksi dan produk atau jasa menjadi tidak competitif di pasar.

Kita ambil contoh dari Pabrik cilok aja yaa di Amerika, emang di Amerika ada pabrik cilok? Yaa kita anggap aja ada dan pabrik cilok tersebut beli tepung dan packagingnya di Indonesia dan barang kebutuhan produksi lain mereka beli dari lokal, lalu kita anggaplah cilok ini sudah jadi dan siap untuk di pasarkan dengan harga yang sudah di tetapkan.

Masalah “Penetapan Harga” itu sendiri pasti ga sembarangan yaa rekan, pastinya ada riset pasar dan perbandingan kualitas hingga harga kompetitor dan perbandingan lain sebagainya, sehingga ketemulah harga itu. Sekarang coba rekan bayangkan jika harga tepung yang biasa beli di Indonesia dengan harga beli yang sama, pada saat masuk ke Amerika yang biasanya tidak dikenakan bea masuk, sekarang di kenakan bea masuk sebesar 20% dari harga barang tersebut.

Pasti rekan sebagai pemilik usaha akan berfikir ulang untuk beli dari Toko langganan kan? Akhirnya “Coba lah cek toko sebelah yang bisa FREE bea masuknya”, kira-kira begitulah penjelasan singkat kenapa ekspor Indonesia ke Amerika ada potensi menurun, jadi Rekan- rekan jangan heran kalo sewaktu waktu customer kalian menurun volume eksportnya ke Amerika.

Sekian yaa artikel kali ini, lain kali kita akan bahas Mengenai Ekspor kopi ke Amerika dan tentang U.S. Custom and Border Protection (Beacukainya Amerika). Jika ada informasi yang kurang jelas kalian dapat menanyakan langsung yaa tim Exportimportdept melalui email info@exportimportdept.com atau whatapp ke 0813 1188 4970.